Powered By Blogger

Rabu, 03 Desember 2008

Warga Sandera Alat Berat Proyek SPBE


*) Kesal Karena Tuntutannya Belum Terpenuhi

LOSARANG – Aksi demo yang dilakukan warga Desa Pangkalan Kecamatan Losarang Sabtu (11/10), dengan melakukan pemblokiran akses jalan kendaraan proyek Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) tahap I (penyiapan lahan urugan site) PD Bumi Wiralodra Indramayu (BWI) yang dilaksanakan CV Puri Artha terus berlanjut.

Aksi warga yang tergabung dalam Lembaga Pemuda Peduli Lingkungan (LPPL) Indramayu akhir pekan lalu yakni menyampaikan aspirasi dengan tuntutan terhadap dampak yang ditimbulkan sebagai kerugian besar yang dialami warga dikarenakan lalu lintas armada pengangkut tanah dan operasional alat-alat berat, yang menimbulkan pengaruh negative pada lingkungan dengan munculnya debu yang mengakibatkan polusi dan gangguan pernafasan (ISPA). Serta keretakan pada dinding bangunan rumah warga setempat. “Aksi yang kami lakukan bukan untuk meminta ganti rugi kepada pihak proyek agar membangun rumah warga, apalagi ada anggapan bahwa warga setempa dalam melakukan aksinya hanya untuk mencari modal untuk membangun rumahnya lebih bagus lagi. Tapi aksi ini atas dasar kerugian yang diderita warga dan berhak untuk mendapatkan ganti rugi,” papar Koordinator IPPL Darsono dihadapan massa pendemo, Kamis (16/10) di lokasi proyek.

Belum terealisasinya beberapa tuntutan yang disampaikan warga pada aksi pertamanya, sehingga dengan kesepakatan bersama kembali melakukan unjuk rasa dengan menutup kembali akses jalan kendaraan proyek. Bahkan, karena kesal belum mendapatkan perhatian dan ganti rugi, warga melakukan penyanderaan sebuah unit kendaraan berat yang sedang beroperasi. “Kami menuntut hak kami, karena kami jelas dirugikan. Dan jangan hanya bisa diam dan pura-pura tidak mendengar jerit dan teriakan kami yang sangat merasakan dampaknya,” teriak warga.

Masyarakat tetap bersikukuh untuk tetap memblokir akses jalan proyek, mengingat belum terealisasinya tuntutan sebagai akibat pelaksanaan proyek yang menimbulkan kerugian nyata. “Gerakan ini merupakan gerakan korektif dan gerakan kesadaran masyarakat ketika hak-haknya ternoda, serta tidak diakomodir oleh pemilik proyek dan pemenang tender yang kini menjadi pelaksananya. Pada intinya masyarakat sangat mengharapkan secepatnya ada realisasi atas tuntutan yang disampaikan, dan untuk selanjutnya kepada pelaksana harus benar-benar memperhatikan aspek ramah lingkungan di sekitar proyek,” pungkasnya. (tar)

sumber : Radar Indramayu

Tidak ada komentar:

Pembunuhan Sadis

Tewas Dibacok Mantan Suami

*) Dua Kali Kawin Cerai, Ditolak Minta Rujuk Kembali

SUKAGUMIWANG—Aksi yang dilakukan Romeo dalam kisah film Romeo dan Juliet memang menyita perhatian penontonnya, sedangkan yang dilakukan pelaku terhadap mantan istrinya kemarin apakah meniru adegan film tersebut?

Mukidi (32) warga blok Boros desa Gunungsari kecamatan Sukagumiwang tega menghabisi nyawa wanita yang pernah dinikahinya sebanyak dua kali. Anisah (30), yang masih satu desa tewas mengenaskan dengan luka bacok di bagian kepala, leher, punggung dan kaki.

Keterangan yang dihimpun Radar di Tempat Kejadian Perkara (TKP), kejadiannya Sabtu (30/8) sekitar pukul 19.30, berawal saat Anisah sedang duduk di depan warung milik orang tuanya Kasan (50) yang terletak di desa setempat Rt.01/04. Seketika datang Mukidi secara tiba-tiba dan langsung mengayunkan golok yang sengaja dibawanya dari rumah berulang kali ke tubuh Anisah. Korbanpun langsung terkapar tak berdaya menerima hujaman senjata tajam pelaku hingga dilarikan ke RSUD Arjawinangun Cirebon. “Saat kejadian saya lagi ngobrol sama tamu di dalam, tiba-tiba ada suara teriakan orang minta tolong. Setelah saya lihat keluar ternyata anak saya tergeletak dengan banyak darah, dan Mukidi sedang berusaha menusukkan golok ke arah perutnya”, jelas Kasan kepada Radar, kemarin sambil menunjukkan tempat jatuhnya Anisah.

Setelah dilakukan pertolongan medis di RSUD Arjawinangun, ternyata nyawa korban tidak dapat tertolong karena beberapa luka bacok sangat parah dalam jumlah banyak. Dan Mukidi yang berusaha bunuh diri setelah menghabisi nyawa korbannya dapat dihentikan warga, sehingga Mukidi yang nyawanya urung melayang sia-sia juga harus mendapat pertolongan tim medis. Tapi, berbeda dengan korbannya, Mukidi menjalani perawatan tim medis RS Bhayangkara Indramayu dengan tambahan borgol yang mengikat kedua tangannya.

Sumber di TKP mengatakan, Mukidi dan Anisah pernah melakukan pernikahan sebanyak dua kali dan pernikahan yang kedua dilakukan 2006 silam. Dari perkawinan pertamanya sekitar 12 tahun yang lalu, pasangan tersebut telah dikaruniai seorang anak yang kini duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Mukidi yang dikenal warga sekitar sebagai peminum minuman keras dan kerap melakukan perjudian, pada perceraiannya yang kedua berusaha untuk meminta rujuk kembali dengan mantan istrinya.

Namun karena ketidak senangan mantan istri dan keluarganya dengan sikap serta perilaku mabok dan judi pelaku, usahanya untuk dapat rujuk kembali tetap tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Sehingga pelaku nekad untuk melakukan aksi pembunuhan dan mencoba bunuh diri. Hal tersebut dilihat dari tulisan tangan pada selembar kertas yang bercambur noda darah, yang isinya menyebutkan “Mukidi – Anisah pegat paksa sampe dua kali, daripada pisah karo Anisah bagen mati suka mati loroane” yang artinya Mukidi – Anisah cerai paksa sampai dua kali, dari pada pisah dengan Anisah lebih baik mati harus mati dua-duanya.

Pada saat melakukan aksinya, pelaku menggunakan sebilah golok yang sengaja di bawanya dari rumah dan kedapatan membawa dua buku surat nikah atas nama Mukidi dan Anisah.

Setelah menjalani perawatan di RS Bhayangkara, pelaku digiring ke Mapolsek Kertasemaya guna dilakukan pemeriksaan dan korban tewas sekitar pukul 09.00 Minggu (31/8) pagi dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat. (tar)

Sumber : Radar Indramayu