Powered By Blogger

Sabtu, 20 Desember 2008

Cipanas Meluap, Empat Desa Terendam



*)Warga Mengungsi di Stasiun KA

TERISI - Empat desa di wilayah Kecamatan Terisi, diterjang banjir bandang dari luapan Sungai Cipanas, Kamis (18/12). Akibatnya, sekitar 703 rumah warga terendam air hingga ketinggian 0,5 sampai 2 meter.

Keempat desa tersebut diantaranya Jatimulya (121 rumah), Rajasinga (291), Karangasem (290 rumah) dan Jatimunggul (1 rumah). Selain kediaman penduduk, sekitar 196 hektare tanaman padi berusia 3 minggu yang berada di tepi sungai Cipanas ikut terendam air bercampur lumpur.

Banjir bandang kali ini dinilai paling parah sejak lima tahun terakhir atau terjadi pada tahun 2003 lalu. Namun, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.

Hanya saja, seorang warga Desa Karangasem Blok Karanganyar, bernama Puji (17), nyaris meregang nyawa setelah kaki kanannya digigit ular berbisa sewaktu ikut mengevakuasi barang-barang dari kediamannya ke tempat pengungsian.

Beruntung nyawa bocah perempuan yang duduk dibangku kelas XII disebuah SLTA itu, berhasil diselamatkan setelah dilarikan ke RS Bhayangkara Losarang.

Sementara itu, berdasarkan keterangan warga, banjir bandang berlangsung mulai pukul 08.00 pagi. Semula, limpasan air hanya menggenangi daerah tepian sungai Cipanas yang memiliki lebar 50 meter.

Namun, ketika menjelang siang hari, luapan air terus meluber hingga menenggelamkan ruas jalan raya yang jauhnya ratusan meter dari tepi sungai. “Air naik sangat cepat. Warga semuanya panik, lalu ramai-ramai mengangkat barang berharga ketempat yang lebih tinggi,” ujar Suatara (44) warga Desa Jatimulya.

Rumah Suatara terendam air 1,5 meter. Ia terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya yang lebih aman.

Sama halnya yang dilakukan warga lainnya. Mereka mengamankan barang berharga ketempat yang lebih tinggi seperti pinggir jalan maupun di sepanjang rel kereta api.

Bahkan, Jembatan Cilogog yang berada diketinggian 20 meter dari dasar sungai, ikut terendam. Karena air permukaan sangat deras, jembatan yang berada di perbatasan antara Desa Rajaiyang dan Desa Pegagan Kecamatan Losarang itu terpaksa ditutup serta ditambak dengan ratusan karung berisi pasir.

Selain mencegah agar tidak ada kendaraan yang melintas, juga untuk membendung luapan air dari atas jembatan supaya tidak meluber kerumah-rumah warga yang berada disekitar jembatan.

“Losarang masih aman. Tanggulnya masih kuat menahan limpasan air sungai. Namun kita tetap berjaga-jaga dan akan langsung evekuasi warga jika ada tanggul yang jebol,” kata Camat Losarang Drs Prawoto kepada Radar saat memimpin penambakan bibir jembatan bersama puluhan warga serta pihak Muspika.

Luapan air itu diakibatkan debit air yang mengalir di Sungai Cipanas sangat tinggi, karena curah hujan yang tinggi di daerah hulu.

Sekretaris Daerah Pemkab Indramayu Dra Hj Srie Indrawawati MM didampingi Kepala Dinas PU Pengairan Ir Kusnomo Tamkani menjelaskan, penyebab banjir bukan karena adanya tanggul sungai yang jebol.

Akan tetapi lebih disebabkan alur air dari bendung Sumur Watu di Desa Jatimunggul Kecamatan Terisi dan Bendung Cibelerang di Desa Loyang Kecamatan Cikedung mengalami kenaikan diatas mercu. Sejak pukul 5 pagi, ketinggian debit air di kedua Bendung itu melebihi kapasitas dan tidak bisa menahan kiriman air dari Kabupaten Sumedang.

“Lalu dari dua bendung itu, airnya masuk sama-sama ke sungai Cipanas. Karena melimpah, air melewati ketinggian tanggul dan kemudian meluber lalu terjadi banjir,” jelas Srie.

Ketinggian air di Sungai Cipanas, tambah Kusnomo sangat bergantung curah hujan di daerah hulu, yaitu di Kabupaten Sumedang. Semakin tinggi curah hujannya, debit air yang mengalir akan semakin besar.

Camat Terisi Drs Welly Kuswaluyo mengatakan, tidak semua rumah di empat desa itu tergenang. Hanya rumah-rumah yang jaraknya dekat dengan bantaran sungai dan letaknya lebih rendah yang kebanjiran.

Dari keempat desa itu, yang kondisinya paling parah adalah di Desa Karangasem karena daerahnya persis dipinggir sungai Cipanas dan dibawah rel kereta api.

Bahkan, ratusan warga yang berada di Blok Karanganyar dan Ludoyong terpaksa mengungsi di stasiun KA Terisi yang lokasinya berdekatan.

Di lokasi ini para pengungsi yang sebagian besar orang tua dan anak anak harus tidur tanpa fasilitas yang memadai. Meski demikian, Pihak terkait telah menyediakan dapur umum guna menunjang kebutuhan pangan dan obat-obatan bagi warga selama dipengungsian.

“Bantuan pangan dan medis dari Pemkab sudah kita salurkan. Termasuk mendirikan posko-posko darurat untuk menampung korban banjir serta menyediakan makanan siap saji,” kata Welly. (kho)

sumber : Radar Indramayu

Tidak ada komentar:

Pembunuhan Sadis

Tewas Dibacok Mantan Suami

*) Dua Kali Kawin Cerai, Ditolak Minta Rujuk Kembali

SUKAGUMIWANG—Aksi yang dilakukan Romeo dalam kisah film Romeo dan Juliet memang menyita perhatian penontonnya, sedangkan yang dilakukan pelaku terhadap mantan istrinya kemarin apakah meniru adegan film tersebut?

Mukidi (32) warga blok Boros desa Gunungsari kecamatan Sukagumiwang tega menghabisi nyawa wanita yang pernah dinikahinya sebanyak dua kali. Anisah (30), yang masih satu desa tewas mengenaskan dengan luka bacok di bagian kepala, leher, punggung dan kaki.

Keterangan yang dihimpun Radar di Tempat Kejadian Perkara (TKP), kejadiannya Sabtu (30/8) sekitar pukul 19.30, berawal saat Anisah sedang duduk di depan warung milik orang tuanya Kasan (50) yang terletak di desa setempat Rt.01/04. Seketika datang Mukidi secara tiba-tiba dan langsung mengayunkan golok yang sengaja dibawanya dari rumah berulang kali ke tubuh Anisah. Korbanpun langsung terkapar tak berdaya menerima hujaman senjata tajam pelaku hingga dilarikan ke RSUD Arjawinangun Cirebon. “Saat kejadian saya lagi ngobrol sama tamu di dalam, tiba-tiba ada suara teriakan orang minta tolong. Setelah saya lihat keluar ternyata anak saya tergeletak dengan banyak darah, dan Mukidi sedang berusaha menusukkan golok ke arah perutnya”, jelas Kasan kepada Radar, kemarin sambil menunjukkan tempat jatuhnya Anisah.

Setelah dilakukan pertolongan medis di RSUD Arjawinangun, ternyata nyawa korban tidak dapat tertolong karena beberapa luka bacok sangat parah dalam jumlah banyak. Dan Mukidi yang berusaha bunuh diri setelah menghabisi nyawa korbannya dapat dihentikan warga, sehingga Mukidi yang nyawanya urung melayang sia-sia juga harus mendapat pertolongan tim medis. Tapi, berbeda dengan korbannya, Mukidi menjalani perawatan tim medis RS Bhayangkara Indramayu dengan tambahan borgol yang mengikat kedua tangannya.

Sumber di TKP mengatakan, Mukidi dan Anisah pernah melakukan pernikahan sebanyak dua kali dan pernikahan yang kedua dilakukan 2006 silam. Dari perkawinan pertamanya sekitar 12 tahun yang lalu, pasangan tersebut telah dikaruniai seorang anak yang kini duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Mukidi yang dikenal warga sekitar sebagai peminum minuman keras dan kerap melakukan perjudian, pada perceraiannya yang kedua berusaha untuk meminta rujuk kembali dengan mantan istrinya.

Namun karena ketidak senangan mantan istri dan keluarganya dengan sikap serta perilaku mabok dan judi pelaku, usahanya untuk dapat rujuk kembali tetap tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Sehingga pelaku nekad untuk melakukan aksi pembunuhan dan mencoba bunuh diri. Hal tersebut dilihat dari tulisan tangan pada selembar kertas yang bercambur noda darah, yang isinya menyebutkan “Mukidi – Anisah pegat paksa sampe dua kali, daripada pisah karo Anisah bagen mati suka mati loroane” yang artinya Mukidi – Anisah cerai paksa sampai dua kali, dari pada pisah dengan Anisah lebih baik mati harus mati dua-duanya.

Pada saat melakukan aksinya, pelaku menggunakan sebilah golok yang sengaja di bawanya dari rumah dan kedapatan membawa dua buku surat nikah atas nama Mukidi dan Anisah.

Setelah menjalani perawatan di RS Bhayangkara, pelaku digiring ke Mapolsek Kertasemaya guna dilakukan pemeriksaan dan korban tewas sekitar pukul 09.00 Minggu (31/8) pagi dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat. (tar)

Sumber : Radar Indramayu